
Seruyan – Generasi milenial yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Seruyan berperan aktif mendukung ketahanan pangan nasional melalui pengelolaan lahan sawah secara modern dan produktif.
Ketua DPD LDII Seruyan, Rukamto, mengungkapkan bahwa pihaknya mengelola lahan sawah seluas 5 hektare yang seluruhnya masuk program Optimalisasi Lahan (Oplah).
“Alhamdulillah, panen perdana kami mampu mencapai hasil 5,6 ton per hektare, melampaui rata-rata panen yang biasanya hanya 2 sampai 3 ton per hektare,” kata Rukamto, Jumat.
Ia menjelaskan, padi yang ditanam merupakan varietas Inpari 32 dengan pola tanam yang diarahkan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas.

Hasil yang diperoleh pada musim tanam pertama ini dinilai menggembirakan dan menjadi motivasi bagi para petani, khususnya generasi muda yang ikut terlibat dalam kegiatan kelompok tani. Menurutnya, keterlibatan petani milenial penting untuk keberlanjutan produksi pangan.
Selain produksi yang meningkat, Rukamto menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam memfasilitasi pemasaran hasil panen. Seluruh hasil gabah kering giling yang diproduksi kelompok tani dijual ke Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram.
“Dengan adanya Bulog membeli hasil panen, petani merasa terbantu karena harga menjadi layak dan panen tidak lagi dikuasai tengkulak,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa kapasitas penggilingan di Seruyan rata-rata mencapai 600 ton gabah kering giling yang siap diserap Bulog. Dengan adanya jaminan pembelian ini, petani merasa lebih aman dan semangat untuk meningkatkan hasil panen pada musim tanam berikutnya.
Rukamto juga menjelaskan bahwa kelompok tani yang dipimpinnya mendapatkan berbagai dukungan dari pemerintah, di antaranya bantuan biaya penggarapan Rp900 ribu per hektare, bantuan bibit, hingga bantuan alat mesin pertanian (alsintan) berupa traktor roda empat, alat panen, dan rotator.
Semua bantuan tersebut disalurkan dalam bentuk barang, termasuk melalui pembentukan dua brigade pertanian dengan nilai bantuan hampir Rp1 miliar.
Meski demikian, ia menilai masih ada tantangan yang dihadapi petani di lapangan. Salah satunya adalah mindset sebagian petani yang masih enggan mengikuti program pemerintah dengan menanam benih unggul dan melakukan tanam serempak. Akibatnya, serangan hama seperti burung dan tikus menjadi lebih sulit dikendalikan.
Ia juga berharap pemerintah ke depan dapat meningkatkan infrastruktur jalan usaha tani hingga ke lokasi lahan pertanian. Menurutnya, biaya pengangkutan hasil panen masih tinggi karena akses jalan yang belum memadai.
“Kalau musim hujan, mobil tidak bisa masuk, bahkan harus diangkut pakai ojek sampai ke jalan raya. Biayanya bisa sampai Rp15 ribu per karung gabah,” jelasnya.
Selain jalan, ia juga menyoroti kebutuhan pembuatan bog atau pintu masuk alat pertanian ke lahan sawah yang saat ini belum tersedia di banyak titik. Akibatnya, alat-alat pertanian sulit menjangkau sawah, bahkan ada yang sampai terperosok ke sungai karena tidak ada akses yang layak.
“Kalau akses jalan dan akses alat ini diperbaiki, Insyaallah petani akan lebih semangat karena hasil panen bisa mudah dikeluarkan, alat bisa masuk dengan aman, dan biaya bisa ditekan. Hilirnya sudah jelas karena Bulog siap menampung, tinggal hulunya yang harus diperkuat,” harapnya.
Disamping itu, akses pupuk urea dan poska juga turut menjadi kendala karena belum ada suplayer resmi sehingga harganya melambung jauh dari HET sampai Rp160.000 perkarungnya di Kecamatan Seruyan Hilir dan Seruyan Hilir Timur. (*)
DPW LDII Kalimantan Tengah Website Resmi DPW LDII Kalimantan Tengah